Redline adalah balapan ilegal maut antar galaksi yang diadakan lima tahun sekali. Sampai sini saya ingatkan bahwa dengan tema tadi bukan berarti film Anime ini bisa anda tonton dengan anak dan keponakan anda yang masih kecil. Ada banyak nudity, kekerasan, alkohol, makian, dan lebih banyak lagi kekerasan untuk membuat Redline menjadi anime tergila yang pernah saya saksikan, dan jelas tidak untuk semua umur. Jadi pastikan anggota keluarga anda yang masih kecil tidur lelap sebelum anda menekan tombol play.
Redline saya sebut film karena ditayangkan di layar lebar, saya sebut juga anime karena dibuat oleh orang-orang Jepang meski dengan gaya penggambaran ala komik-komik Eropa. Film Anime ini memakan produksi hingga tujuh tahun dimana lima tahun habis sendiri hanya untuk menggambar dan mewarnai seluruh screen film ini. Menggambar? Ya, meski ada beberapa CGI, Redline sepenuhnya digambar dan diwarnai manual dengan tangan, komputer dipakai hanya untuk after-effect. Para animatornya dipilih dari seantero Jepang untuk bekerja dibawah pimpinan Takeshi Koike (penggemar berat Moebius, kartunis Perancis) yang juga pernah bertanggung-jawab atas keberhasilan anime-anime extravaganza macam The Animatrix dan Samurai Champloo.
Hasilnya?
Film ini bukan Anime yang biasa anda saksikan. Tilik desain karakternya, film ini dipenuhi berbagai macam jenis alien dan robot dengan berbagai bentuk dan ukuran yang tidak akan bisa anda absen satu persatu. Bahkan, bentuk manusia normal di film ini sebenarnya hanya ada dua: JP si tokoh utama dan pasangannya Sonoshee, selebihnya adalah galeri besar makhluk antariksa. Kemudian ada mobil-mobil yang dari bentuk dan ukurannya kita tidak tahu bagaimana caranya melaju kecuali dengan menonton film ini. Tiap mobil berdesain begitu beda dengan mobil lainnya, ukuran maupun bentuk. Bahkan mobil paling tradisional disini adalah (lagi-lagi) mobil si tokoh utama yang digambarkan “hanya” sebagai Pontiac Trans-Am bertenaga nuklir. Sisanya adalah rentetan kendaraan-kendaraan luar biasa yang membuat saya kembali menjadi anak kecil 9 tahun pada Minggu pagi yang menganga ketika menonton Speed Racer di TV nasional. Hanya saja yang ini untuk dewasa.
Plotnya simpel, seorang anti-hero bernama JP yang ikut balapan Redline. Film dibuka dengan sebelas menit adegan balapan sebelum opening title. Dan ditutup juga dengan balapan yang membuat para otaku dan petrolhead bisa duduk diam berdampingan menonton film ini hingga credit title. Plotnya dangkal, dengan sub plot yang tidak kalah dangkalnya. Terdapat banyak kejahatan dalam cerita film ini, dengan humornya yang juga tidak kalah jahat dan kasar. Film kemudian bergulir dengan menceritakan JP yang mempersiapkan balapan Redline di galaksi Roboworld. Lalu ada mafia yang mendapatkan uang dari judi balap. Lalu ada Senoshee yang seksi dengan niat balapan yang misterius. Belum lagi lusinan pembalap yang akan melakukan “apa saja” untuk menang. Dan karena ini film dewasa, “apa saja” digambarkan begitu frontal. Sudah saya bilang tadi, film ini banyak jahatnya.
Visualnya begitu hiperbolis yang anehnya justru bisa menghidupkan ceritanya, dan berfungsi sebagai sub plot ekstra yang menopang keseluruhan film ini. Semua scene berlangsung secara fenomenal, ekspresi wajah, ledakan, benturan, lekukan badan Sonoshee (dia menonton TV di kamarnya tanpa busana) semuanya digambar dengan solid dan diwarnai dengan cat pastel yang membuat anime ini memberkas di mata penontonnya. Cat pastel ini bisa jadi merupakan kunci utama kesuksesan visual ketika ia menampilkan begitu banyak warna-warna cerah tanpa membuat film ini kehilangan unsur kelamnya. Dengan warna-warna bombastis begini, apakah ini film yang tepat untuk anda? Tonton sebelas menit pertama film ini, kalau kepala anda pening, hentikan.