Belum puas menggedor isu agama lewat film Dogma (1999), kini giliran kaum fundamentalis yang diangkat Kevin Smith sebagai sentral cerita film Red State. Aktor/penulis/sutradara yang sebelumnya dikenal lewat karya komedi seperti Jay and Silent Bob, seri Clerks dan Zack & Miri Make A Porno tanpa ragu memberi label horor pada film yang dipasarkannya secara gerilya ini. Teaser-posternya yang cukup sederhana dengan sosok putih berdiri di depan salib mungkin membuat banyak orang berpikir film ini bercerita tentang aktivitas exorcism. Namun horor yang dimaksud Kevin ternyata memang jauh lebih nyata, dan tentunya lebih mencekam.
Bayangkan saja, apa yang lebih menyeramkan dibanding sekelompok kaum ekstrimis fundamentalis yang memiliki gudang senjata, menculik dan membunuh orang yang bersebrangan paham dengan mereka? Exactly.
Living in this country with those moronic extrimist such as FPI, i know i can definitely relate. Wouldn’t you?
Kevin Smith jelas terinspirasi dari Westboro Baptist Church, sekte gereja ekstrim yang bahkan di Amerika sendiri sudah dikategorikan ke dalam hate group karena aksi protes mereka yang cukup brutal. Stasiun Televisi Inggris BBC pun pernah membuat seri dokumenter tentang kehidupan salah satu keluarga dari sekte ini yang bertajuk ‘The Most Hated Family in America’ (1997)
Dalam Red State, sekte ekstrimis tersebut bernama Five Point Church yang dikepalai oleh pendeta Abin Cooper (Michael Parks). Kota dimana mereka tinggal sedang diramaikan oleh berita orang hilang serta pembunuhan terhadap remaja gay. Kasus ini menjadi pembicaraan seisi kota, termasuk jadi bahan diskusi kelas di sebuah sekolah. Diperkenalkanlah Travis, Jared dan Billy Ray ke dalam cerita. Tiga orang pemuda ini merupakan penggambaran stereotype remaja tanggung; badung,serba ingin tahu and horny all the time. Tidak heran saat Jared mengaku mendapat undangan untuk melakukan group sex dengan seorang wanita yang ditemuinya lewat internet, mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Tanpa sadar, mereka jatuh ke dalam perangkap yang dipasang oleh aktivis Five Point Church.
Buang jauh-jauh bayangan akan torture sex or some gory scenes seperti film horor/thriller pada umumnya, karena kengerian sesungguhnya terwujudkan bukan dalam adegan banjir darah, namun dalam ceramah penuh kebencian dari pendeta Cooper. Ceramah yang juga disampaikan kepada kaum pengikutnya yang terdiri dari wanita dan anak-anak. Fanaticism is horrifying, indeed.
Pastor Abin Cooper: You’re already dead sinner. You destroyed your spirit in a waste of shame.
Lalu dimana perkembangan plotnya? Yakni saat seorang agen khusus Joseph Keenan (John Goodman) diutus oleh kepala polisi setempat untuk mengepung perumahan milik Five Point Church saat dicurigai adanya aktivitas mencurigakan di dalam gereja mereka. Disinilah Kevin Smith mulai ‘bermain’ dengan dialog-dialog satir yang dipadukan dengan berbagai sentimen politis, adegan baku tembak yang brutal, serta hubungan kekeluargaan yang absurd. Jangan mengharapkan ada tokoh protagonis, apalagi heroic ending. Twist yang ditawarkan menjelang akhir film bahkan bisa dibilang membuat saya….terpingkal. In a good way, that is. 😀
Di luar berbagai kontroversi dan kritik yang melekat pada film yang hanya menghabiskan waktu kurang dari sebulan untuk syuting serta budget yang hanya US$ 4 juta ini, Red State cukup mampu memberikan sentuhan horor yang berbeda. Penggambaran betapa mematikannya doktrin holier than thou’ ini cukup memberikan rasa ngilu dan membuat saya bisa mengatakan persetan dengan rating yang ‘hanya’ 58% dari Rotten Tomatoes. Red State can be so gripping to watch, because the subject (read: religion fanaticism) is real…and it’s near, just around the corner. Be afraid, be very afraid.
Joseph Keenan: People just do the strangest things when they believe they’re entitled. But they do even stranger things when they just plain believe.